Review: I can smell your blood



Diliat dari covernya itu udah agak ngeri-ngeri sedap gimana gitu ya? Mulut yang muncul dari corong speaker nandain aura ganas. Apalagi dilengkapin judulnya yang tergolong horror. But, surprise! Ini bukan buku horror thriller melainkan tentang list kesalahan-kesalahan yang dilakuin sama narasumber/jubir/pejabat waktu ngadepin wartawan.

Ini buku wajib anak-anak yang kuliah di jurusan ilmu komunikasi kaya aku. Apalagi di kampus aku sendiri emang nggak ada penjurusan dimulai dari angkatan aku juga, fyuh. Buku ini ngenalin ke aku gimana media berjalan, wartawan berburu berita sampai persepsi narasumber ke wartawan dan wartawan ke narasumber. Semuanya dijelasin lengkap tanpa belibet. 

Aku baru tau juga ternyata para narasumber itu juga dilatih ke media trainer profesional. Feby Siahaan penulis buku ini adalah salah satu media trainer yang sering dipertemukan dengan nama-nama pemegang jabatan tinggi di perusahaan atau instansi negara. Banyak lho diantara mereka yang masih kebingungan ketika menghadapi wartawan. 

Pentingnya key message

Mbak Feby menjelaskan penting bagi narasumber (entah manager/ jubir/ aparat negara langsung) menguasai key message. Apa itu key message? Key message adalah frame yang melingkari seluruh jawaban narsum. Itu adalah ide yang narsum inginkan buat diingat pembaca/pendengar. Well key message ini nggak hanya bekerja sebagai jurus jitu menghadapi wartawan aja sih. Tapi ini juga bisa dijadikan buat menangkal serangan tante-tante jail yang suka nanyain “mana pacar atau kapan nikah”, cukup jawab “makasih tante buat pertanyaannya. Tapi buat sekarang aku mau fokus ke kuliah dulu, karena kuliah itu seru. Banyak project, banyak temen buat sharing!” tekanin ke poin terakhir kalimat disetiap pertanyaan yang dilontarkan. Insya Allah works! Lol

Mencium bau darah

Darah yang dimaksud itu di buku ini itu yang seperti apa? Darah = gestur narasumber. Sebagai orang yang udah malang melintang di dunia pers mbak Feby ini udah hafal sama gelagat narsum yang udah nggak nyaman diwawancarai alias terpojok. Nah hal kaya gini nih yang bikin wartawan makin gencar buat nyerang! Pertanyaan yang dikasih pun makin beragam juga menohok. Kalo udah gini ilmu kalem perlu dikuasain. Salah satu pejabat yang dimention di buku ini karena punya sifat kalem waktu diberondong pertanyaan adalah Bapak Boediono. Mantan wakil presiden era bapak SBY. Pak Boediono dinilai sama mbak Feby lihai buat mengalihkan topic sensitif dan ngegiring pertanyaan wartawan ke ranah yang dikuasai. Perlu diingat buat narasumber supaya nggak bersikap defensif waktu ditembaki pertanyaan oleh wartawan. Kuncinya supaya lihai kaya Pak Boediono? Banyak latihan!

Aku yang dulunya pernah bercita-cita jadi wartawan lumayan terpuaskan sama isi buku ini. Cukuplah buat mengetahui secara ringkas gimana cara kerja wartawan dan dunia media. Apalagi udah nginjek taun baru pastilah persaingan dunia media ini makin sengit, semuanya berlomba buat cari informasi teraktual. Bagi anggota organisasi/ukm yang sering ngadepin dosen atau adik/kakak tingkat di kampus buku ini cocok jadi senjata buat kamu.

No comments:

Powered by Blogger.