Review: Oh My Goodness - Yoris Sebastian (2015)




Buku bercover warna hijau dan putih ini jadi salah satu bacaan yang aku abisin dalam waktu 2 hari. Iya 2 hari setelah ditunda lama beberapa waktu lamanya gara-gara kedistract hp dan internet terus-terusan. I'm telling you guys, kalo baca usahakan buang hape sejauh mungkin. Pisah ya kalo bisa misal kamu tinggal di dalem tumah, kamu baca bukunya di taman depan perumahan atau nggak baca di perpus hape tinggal dalam tas. Lebih fokus dan syahdu. Yang terpenting target bacamu bakal cepet kelar. Tertanda yang suka menunda baca karena tergoda timeline twitter.

Bukunya Yoris Sebastian ini unik sih, ngebahas step by step how to be creative. Kreatif dari pengalaman yang udah dimiliki beliau (sungkem dulu karena pengalamannya yang begitu banyak sedari muda udah terjun bikin event yang berbobot) kerja di lahan yang membutuhkan daya kreatifitas yang tinggi. Sebutlah jadi freelancer di majalah HAI sampai bisa menempati posisi general manager di Hard Rock Cafe Asian. Tentunya nggak main-main ya usaha yang dilakuin sampai bisa membentuk kualitas diri sebaik sekarang.

Dari lembar pertama aja udah nyemangatin kita lol 

Kreatif itu adalah habit, bukan genetik.  

Menurut Yoris Sebastian, kreatifitas itu beda dengan IQ, IQ adalah anugerah yang kita terima sedari lahir sedangkan kreatifitas. Semua orang berpotensi buat jadi kreatif, jika potensi ini dikembangin terus menerus maka daya kreatifitas kamu bisa naik ke level yang lebih tinggi dari yang kamu bayangkan.

Everyone needs to accustom themselves to be creative, it doesn't matter what your professions are

Di sini mas Yoris ngasih contoh langsung lewat salah satu office boy yang kerja di HRC. Karena terbiasa ikut lembur nyediain makanan dan minuman waktu meeting, dia jadi sering ngedengerin isi meeting lalu paham sama prinsip mas Yoris "with Yoris, everybody must be creative" setelah itu dia  aktif buat ngasah sisi kreatif. Hasilnya? Dia sumbangsih/berkontribusi ide sewaktu mas Yoris dan manager HRC lagi nyari terobosan baru dari HRC. Walaupun idenya perlu untuk dibentuk lagi sama tim marketing tapi tanpa ide awal dari dia tim Yoris nggak bakal kepikiran sampe sejauh itu.

Disini aku belajar gimana Yoris Sebastian encourage anak muda buat nggak liat keterbatasan sebagai hambatan untuk belajar kreatif. Mau dari manapun kamu berasal, sampe nanti berakhir mau melakukan apa langkah-langkah kreatif diperlukan buat membuat hidup lebih bermakna. Life to the fullest gitu, dengan kreatifitas kita yang semakin terasah tentu manfaatnya balik ke diri kita sendiri. Istilah-isitilah baru di buku ini juga banyak aku temuin diantaranya Happynomics dan Meetooism. Happynomics (salary is not main priority, but the job must make me happy) dan Meetooism (copy+paste culture without knowing the purpose and main reason) dua istilah ini aku rasa berguna buat dijadiin referensi para mahasiswa yang lagi menempuh perkuliahan. Karena masa-masa itu krusial banget buat nyari pengalaman lebih banyak sekaligus ngebangun relasi lebih jauh lagi.



No comments:

Powered by Blogger.