Eye opening documentary to celebrate Hari Kartini
Entah mau berapa kali miris, intinya semua yang ada di film dokumenter period. End of sentences ini ngebuka pandangan aku soal menstruasi. Ini menguatkan alasan kenapa pembahasan soal menstruasi jangan cuma dibahas untuk kalangan tertentu aja (re:perempuan) laki-laki perlu dilibatkan dalam urusan haid ini
Pernah ga ngebayangin keluar dari sekolah karena udah masuk masa menstruasi? Disini ada kisahnya, dia ngerasa capek harus terus-terusan ganti kain yang gampang penuh sama darah sewaktu di sekolah. Tempatnya sendiri lumayan jauh dari ruang belajar mereka. Belum cibiran temen cowoknya tiap dia mau atau selesai ganti, wah ga nyamannya double-double. Karena dia ga pake pad, kainnya pun mudah basah dan perlu diganti sesering mungkin. Ya gimana mau belajar nyaman di sekolah ya kalo begitu caranya?
Mengambil lokasi di Hapur kota pinggiran di India, disana perempuan masih susah beli pad sendiri, alasannya malu. Itupun juga masih banyak yang belum familiar sama pad. Pad seolah benda yang langka keberadaannya, jauh dari genggaman.
Shana, salah seorang narasumber ngerasa heran pas dilarang ngunjungin kuil pas haid. Loh kan gimana, kan dewi kita perempuan masa kita sendiri sama perempuan ga boleh kesana? Ini big reminder bahwa peristiwa menstruasi ini perlu dijelaskan dengan rinci tanpa embel-embel misterius yang menjadikan perempuan semakin malu untuk bertanya fenomena apa yang terjadi sama diri mereka.
Sampai hari ini masih banyak yang ragu dan sungkan ngomongin menstruasi sama saudara laki-lakinya, ayahnya, apalagi ke temen cowok. Diliatnya ga sopan lah, ini buat cewek aja karena cuma cewek yang ngalamin. Padahal ga gitu, laki-laki itu kan ada di sekitar kita ya, dengan melibatkan mereka di dalam isu ini pengertian mereka soal menstruasi bakal lebih meluas dari sekedar yang bikin perempuan pms doang
Kan capek juga tuh tahu pms gara-gara sensinya pacar/kakak/adik doang?! Apalagi dikaitin sama sesuatu yang misterius kaya di dokumenter ini. Perkara datang bulan itu rahasia tuhan, jadi kita nerima ajalah huhuhu :,)
Ada yang lucu proses edukasi soal pad. Di desanya Shana nerima bantuan alat pembuatan pad. Salah satu ibu yang demonstrasiin pad mereka ibarat cowok yang punya tampang pas-pasan tapi reliable. Perbandingan ini dibuat antara pad bikinan mereka sama pad yang bentuknya lebih bagus tapi nggak kuat nampung cairan. Kualitas > packaging, setuju teman-teman?
Based on my experience, di rumah juga agak susah ngomongin ini terang-terangan sama orang tua atau saudara laki-laki. Ibu aku aja dulu termasuk ngeyel bahwa perempuan yang gampang nyolot pas dilep (sakit perut) itu berlebihan, padahal kan ga gitu.... aku berusaha jelasin semampuku soalnya aku sendiri ngalamin itu juga. Ibu aku lumayan sakti sih, maybe emang tubuhnya bisa nahan rasa sakit yang teramat sangat
Menstruasi itu perkara pelik emang, di Indonesia sendiri sih nggak susah-susah masih suka pada malu kan cowok-cowok bantu beliin pembalut? Kudos yang menghilangkan rasa gengsinya demi membantu saudara, Ibu atau pacarnya beli benda emergency satu ini. Kalian udah selangkah lebih maju ngebuat menstruasi bukan sebagai hal yang memalukan dan perlu ditutupi seperti aib
Above that, dokumenter ini membahas pengaruh patriarki yang sangat kental disana. Perempuan nggak diajarkan untuk berdikari (berdiri di atas kaki sendiri, lol jadul istilahnya) atau bekerja sendiri. Sad.
Actually para perempuan disana merasa lebih berdaya ketika mereka berhasil mengumpulkan atau membantu sama lain mengatasi problem ini. Helping each other is truly empowering 👏
Bisa tonton disini
Eye opening documentary to celebrate Hari Kartini
Reviewed by Galih Kenyo Asti
on
April 20, 2020
Rating: 5